• Saya Bisa Menulis Dongeng!

    Awal mula saya terjun di dunia penulisan anak adalah karena saya suka membaca. Dari membaca, lalu mengumpulkan buku-buku cerita, membayangkan isi cerita yang dibaca, berkhayal, bermain karakter

  • Legenda Dan Dongeng Anak Nusantara Tidak Boleh Mati!

    Nama Indonesia sudah makin terpuruk oleh kelakuan orang-orang yang tamak, lemah iman, sombong, dan picik! Sementara budaya adalah akar kehidupan, identitas bangsa

  • Para Pecinta Fiksi, Menulis Dongeng Yuuuk…

    Mari lestarikan dongeng anak nusantara, kalau bukan kita, siapa lagi???? Salam Dongeng anak nusantara…

  • Parade Dongeng Anak Nusantara (Paradoks) di Kompasiana

    Menindak lanjuti keprihatinan Arrayanov dalam postinganya mengenai legenda nusantara yang di temukan berada di blog seseorang (yang mengatakan bahwa legenda yang kita kenal berasal dari Nusantara tersebut

  • Yuk Ikut Parade Dongeng Anak Nusantara

    Satu kata yang ingin saya teriakan malam ini…. Amazing..!!! (pasti pada bingung ya kenapa??) Begini kawan, khusunya kawan-kawan yang senang menulis fiksi, saat ini sedang di adakan sebuah kegiatan yang di beri nama Parade Dongen Anak Nusantara

Dongeng Sebagai Perkembangan Psikologi Anak di Tengah Badai Audio Visual

 
Human touch, atau sentuhan manusiawi dalam perkembangan anak adalah sebuah pola konstruktif yang mendukung pertumbuhan mental anak. Dalam hal ini sentuhan tersebut dapat diperoleh dari cara mereka menjelajahi alam imajinasinya. Karena jika imajinasi anak di kontrol dan terus dipicu untuk mengeksplorerasi rasa penasaran dan keingin tahuannya, maka secara otomatis akan memicu perkembangan sikap dalam pertumbuhannya.


Seperti halnya dalam bersosialisasi, seorang anak yang imajinasinya dikembangan dengan baik, maka dia akan cenderung aktif dan responsif dalam menyikapi sesuatu yang baru ditemukannya. Lain halnya dengan anak yang tidak mendapatkan imajinasi yang baik, maka ia akan cenderung murung dan tidak memiliki rasa percaya diri yang lemah. Sehingga rasa takut dan malu menjadi lebih besar dalam keshariannya bersosialisasi.


Pola perkembangan kepribadian dari alam imajinasi atau hayalan ini diperkuat oleh ungkapan Sigmound Freud bahwa “mimpi/imajinasi adalah sublimasi dan kompensasi dari kehidupan sehari hari yang tidak terpenuhi………” Dalam hal ini dongen yang sifatnya menumbuh kembangkan imajinasi dapat mewakili ketidak berdayaan anak dalam melakukan hal hal yang tidak biasa, berperan besar dalam mengembangkan ide-ide sebagai stimulus dalam menyikapi segala sesuatu dalam kenyaataanya. Sebagai contoh dari cerita Fabel, anak bisa merimajinasi untuk berinteraksi dengan binatang. Sehingga seorang anak bisa mengetahui apa yang dirasakan binatang jika mereka (binatang tersebut) tidak di beri kasih sayang oleh majikannya.


Muatan moral yang disampaikan melalui dongeng, akan lebih mudah ci cerna oleh anak anak. Hal tersebut akan dapat tercapai jika cara penyampaian dongeng dilakukan sedemikian rupa sehingga anak bisa menerimanya dengan senang. Sehingga proses bermain/ berimajinasi dapat diraih dengan memberikan pemblajaran hidup. Dongeng yang diberikan secara continue, maka akan membentuk kepribadian yang lebih baik karena secara struktural dari caranya berfikir atau dari alam bawah sadarnya telah dibentuk kepribadian yang baik, yang diarahkan melalui muatan moral yang ada dalam dongeng tersebut.

****

Dewasa ini perkembangan dunia elektronik begitu pesat berkembang. Segala aspek kehidupan menjadi bahan komoditi bisnis yang di kelola para pengusahanya secara besar besaran. Kemudian gelombang budaya visual menjadi sebuah paradigma baru yang disadari atau tidak telah mengikis eksistensi dongeng di kalangan masyarakat Indonesia.


Keberadaan visualisasi cerita yang begitu di gemari anak anak di Indonesia, menjadi salah satu alasan orang tua untuk memberikan fasilitas tersebut kepada anaknya, sehingga mereka (para orang tua) sedikit terbantu untuk memberikan anak-anaknya rasa nyaman dan senang dalam kesehariannya.
Maka dari itu. esksistensi dongeng di kalangan anak-anak, kini lebih di kendalikan remot televisi. Dalam remot tersebut seorang anak bisa memilih cerita yang di inginkannya. Tentu saja keberadaan itu tak sepenuhnya cukup. Karna selain televisi, anak anak juga gemar bermain video game dan permaina permainan lain yang sifatnya jauh dari suasana keakraban orang tua dan anaknya dalam aktivitas mendongeng.


Keberadaan media visual yang ada memang dapat juga menumbuhkan imajinasi anak. Namun demikian selain tayangannya yang dikhawatirkan tidak sesuai, media audio visual tersebut memiliki nilai negative yang bisa melemahkan daya kreatifitas imajinasi anak. Hal demikian diakibatkan oleh para pelaku dan latar cerita yang secara instan dapat di bentuk secara sekaligus oleh anak anak, dalam hal ini tentu saja imajinasi anak akan terpatok dengan apa yang disaksikannya. Sehingga daya imajinasinya menjadi melemah.


Lain halnya dengan dongeng, meskipun beberapa anak mendengarkan sebuah dongeng secara bersamaan, namuan setiap anak akan memvisualisasikan latar dan tokoh yang di dengarnya secara berbeda beda. Bahkan sebuah dongeng yang didapatnya akan menjadi fantasi stereotype atau pengulangan yang tidak berhenti. Dapat dibayangkan jika muatan moral yang baik itu yang diperolehnya, maka selama kisah itu masih ada dalam alam bawah sadar anak, selamanya dia akan di ingatkan oleh dongeng tersebut jika akan melakukan hal hal yang tidak baik.

****

Tidak dapat dipungkiri, dalam kenyataannya, televisi memang tidak bisa lepas dari kehidupan anak anak. Namun demikian itu bisa di minimalisir dengan memberikan dongeng yang jika di berikan dengan sebaik baiknya pasti akan memberikan perubahan dari sebelumnya.


Dari keberadaan media audio visual yang marak ini, dan menyimak akan begitu pentingnya kita mewaspadai media tersebut bagi perkembangan psikologi anak. Maka penulis mengajak membudayakan kembali dongeng yang bermuatan moral kepada anak. Sehingga dalam perkembangannya, seorang anak akan mendapat keseimbangan antara cerita yang didapatnya dari tayangan televisi dengan dongeng yang memiliki nilai moral yang kita berikan.
*****O*****


Categories: